KIDUNGAN KARYA SUNAN KALI JAGA

KIDUNGAN KARYA SUNAN KALI JAGA

Dalam salah satu versi,
Sunan Kalijaga hidup
dalam empat era
pemerintahan
(Majapahit, Demak,
Pajang dan awal
pemerintahan
Mataram). Terlepas dari
berbagai versi itu, kisah
Sunan ini memang tak
pernah padam
dikalangan masyarakat
pantai utara Jawa
Tengah hingga Cirebon,
utamanya dalam
kaitannya cara
berdakwah yang beda
dengan metode yang
digunakan oleh para wali
yang lain.

Dia sangat
pintar memadukan
dakwah dengan seni
budaya yang telah
mengakar dalam
masyarakat jawa,
semisal lewat wayang,
gamelan, tembang, ukir,
dan batik, yang sangat
populer masa itu.

Babad
dan serat mencatat
mencatat Sunan
Kalijaga sebagai
pengubah beberapa
tembang. Ilir-ilir yang
lyriknya punya tafsir
yang sarat dengan
dakwah. Misalnya tak ijo
royo-royo dak sengguh
pengenten anyar.
Ungkapan ijo royo-royo
bermakna hijau,
lambang Islam,
sedangkan Islam,
sebagai agama baru,
diasumsikan penganten
anyar, alias penganten
baru.
Peninggalan karya
Sunan Kalijaga lainnya
adalah wayang dan
gamelan yang diberi
nama Kanjeng Kyai
Nagawilaga dan Kanjeng
Kyai Guntur Madu, yang
sekarang tersimpan di
Keraton Yogyakarta dan
Keraton Surakarta.

Dalam hal pewayangan,
Sunan Kalijaga dikenal
dengan karya/lakon
Dewa Ruci, Jimat
Kalimasada dan Petruk
Dadi Ratu. Cerita Dewa
Ruci ditafsirkan sebagai
kisah Nabi Khidir,
sedangkan Jimat
Kalimasada tak lain
perlambang dari kalimat
syahadat.

Menurut Babad Tanah
Jawi, Sunan Kalijaga
adalah putra dari
Wilwantikta, Adipati
Tuban. Nama aslinya
Raden Said (Raden
Syahid), sementara
menurut babad, serat,
Sunan Kalijaga juga
disebut Syekh Malaya,
Raden Abdurrahman,
dan Pangeran Tuban.

Sedangkan gelar
“Kalijaga” sendiri banyak
berbagai tafsir. Salah
satu tafsir, ada yang
menyatakan asal kata
jaga (menjaga), dan kali
(sungai). Versi ini
dilandasi dasar pada
penantian Lokajaya
akan kedatangan Sunan
Bonang selama tiga
tahun di tepi sungai.
Ada juga kata itu
diambil dari nama
sebuah desa di Cirebon,
tempat ia melakukan
dakwah.

Salah satu diantara
beberapa karya Sunan
Kalijaga yang terkenal
adalah tembang
ataupun Kidung
Rumekso Ing Wengi
.
ana kidung rumekso ing
wengi
teguh hayu luputa ing
lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana
ngarah ing mami
guna duduk pan sirno

Artinya :
Ada kidung rumekso ing
wengi.
Yangmenjadikan kuat
selamat terbebas dari
semua penyakit.
Terbebas dari segala
petaka.
Jin dan setanpun tidak
mau.
Segala jenis sihir tidak
berani.
Apalagi perbuatan jahat.
guna-guna tersingkir.
Api menjadi air.
Pencuripun menjauh
dariku.
Segala bahaya akan
lenyap.

Dirangkum dari berbagai
sumber

Leave a comment